Ikutilah Dosa dengan Kebaikan, Niscaya Kebaikan akan Menghapus Dosa Itu

13/03/2019| IslamWeb

Sesungguhnya hampir tidak ada orang yang selamat dari kesalahan dan dosa, meskipun antara satu orang dengan yang lain berbeda dari sisi kadar dosa yang dilakukannya, ada yang sedikit dan ada yang banyak. Hal itu sebagaimana disinyalir dalam sebuah hadits, bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Seandainya kalian tidak melakukan kesalahan, niscaya Allah akan mengganti kalian dengan kaum lain yang berbuat salah kemudian mereka meminta ampun, lantas Allah mengampuni mereka."

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa seorang laki-laki datang menemui Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—untuk mengakui bahwa ia telah mencium seorang wanita. Lalu Allah menurunkan ayat (yang artinya): "Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." [QS. Hûd: 114]. Hal itu adalah karunia yang besar dari Allah terhadap Umat ini. Allah jadikan kebaikan mereka sebagai penghapus dosa yang mereka lakukan.

Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—juga berfirman (yang artinya): "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka mengingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka; dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji tersebut, sedang mereka mengetahui. Balasan untuk mereka adalah ampunan dari Tuhan mereka dan Surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, dan mereka kekal di dalamnya. Itulah Sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal." [QS. Ali `Imrân: 135-136]

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—menguatkan hal ini dalam sabda beliau kepada Mu`âdz Ibnu Jabal—Semoga Allah meridhainya, "Dan ikutilah keburukan (dosa) dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya."

Saudaraku, ketahuilah bahwa sesungguhnya dosa mendatangkan kesengsaraan dan kehancuran bagi manusia. Untuk menyelamatkan diri dari kehancuran itu, seseorang harus mendapat ampunan dari Allah dengan melakukan hal-hal yang mengundang turunnya ampunan itu. Di antara perkara yang mengundang ampunan adalah melakukan kebaikan setelah melakukan perbuatan buruk. Baginda Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—telah menjelaskan masalah ini dengan sangat terang dan jelas dalam sabda beliau, "Sesungguhnya perumpamaan orang yang melakukan keburukan kemudian menimpalinya dengan melakukan kebaikan adalah seperti seseorang yang pada awalnya memakai baju besi yang sempit sehingga mencekiknya. Kemudian ia melakukan kebaikan, sehingga terlepaslah satu kekangannya. Lalu ia melakukan kebaikan berikutnya, sehingga kekangan selanjutnya pun terbuka, sampai akhirnya ia keluar dari baju itu (dan bergerak bebas) di atas bumi."

Sebuah hadits diriwayatkan dari Anas Ibnu Mâlik bahwa ia berkata, "Pada suatu ketika, aku berada di samping Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam. Tiba-tiba seorang laki-laki datang dan berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah melanggar hukum Allah, karena itu, tegakkanlah hukum terhadapku'. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—tidak bertanya kepadanya (mengenai apa yang ia katakan). Kemudian waktu shalat pun masuk, dan orang itu ikut shalat bersama Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam. Setelah shalat, ia berkata lagi kepada Nabi, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah melanggar hukum Allah, karena itu, tegakkanlah kepadaku hukum yang diturunkan Allah di dalam Kitab-Nya. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, 'Bukankah engkau shalat bersama kami?' Orang itu menjawab, 'Iya'. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—lalu bersabda, 'Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosamu'. [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Sebagaimana dalam sebuah hadits juga diceritakan bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda:

"Ada seorang hamba berbuat dosa kemudian berdoa, 'Wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba telah berbuat dosa, maka ampunilah dosa hamba'. Allah berfirman (yang artinya): 'Hambaku melakukan sebuah dosa, dan ia tahu bahwa ia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa dengan dosa itu. Karena itu, sungguh Aku telah mengampuni dosa hamba-Ku ini'.

Kemudian ia melakukan dosa yang lain dan kembali berdoa, 'Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan sebuah dosa, maka ampunilah dosa hamba'. Allah—Tabâraka wata`âlâ—kembali berfirman (yang artinya): 'Hamba-Ku tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa dengan dosa itu. Karena itu, sungguh Aku telah mengampuni dosa hamba-Ku ini'.

Setelah itu, ia melakukan lagi dosa yang lain dan kembali berdoa, 'Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan sebuah dosa, maka ampunilah dosa hamba'. Allah—`Azza wajalla—kembali berfirman (yang artinya): 'Hamba-Ku tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa dengan dosa itu. KArena itu, sungguh Aku telah mengampuni dosa hamba-Ku ini'.

Kemudian ia kembali melakukan dosa yang lain dan berdoa lagi, 'Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan sebuah dosa, maka ampunilah dosa hamba'. Allah—`Azza wajalla—berfirman (yang artinya): 'Hamba-Ku tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa dengan dosa itu. Aku persaksikan kepada kalian, sesungguhnya Aku telah mengampuni dosa hamba-Ku. Silahkan ia melakukan apa yang ia sukai."

Namun perlu diperhatikan bahwa terdapat perbedaan besar antara orang yang disebutkan di hadits ini dengan orang yang tidak mau meninggalkan maksiat (dosa). Orang yang diceritakan dalam hadits ini berjuang keras meninggalkan dosa, tetapi sewaktu-waktu ia dikalahkan oleh nafsunya, sehingga ia berbuat dosa. Selanjutnya ia menyesal dan meminta ampun. Ia senantiasa berjuang melawan diri dan hawa nafsunya. Sedangkan orang yang tidak mau meninggalkan maksiat tidak memiliki usaha, tidak mau istighfar meminta ampun, dan tidak menyesali dosa yang ia lakukan.

Allah berjanji memberi ampunan kepada orang yang pertama, selama ia masih berjuang, bertobat, beristighfar, dan menyesali dosa yang ia lakukan.

Janganlah Putus Asa terhadap Rahmat Allah

Sebagian orang merasa bahwa dirinya tidak layak mendapatkan ampunan Allah. Perasaan seperti itu membuatnya tidak mau bertobat dan menyesali dosa yang ia lakukan. Sebaliknya, ia terus bergelimang maksiat dan dosa, karena mengira Allah tidak akan mengampuninya. Sikap putus asa terhadap rahmat Allah inilah yang diinginkan Syetan pada diri seorang manusia.

Tahukah Anda, wahai saudaraku, bahwa Syetan menangis saat turun firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka mengingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." [QS. Âli `Imrân: 135]

Tahukah Anda, bahwa dalam agama kita, sikap berputus asa adalah sesuatu yang terlarang? Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." [QS. Yûsuf: 87]

Tahukah Anda, bahwa Allah mengampuni dosa seorang pelacur di kalangan Bani Isrâil lantaran ia memberi minum seekor anjing yang sedang kehausan?

Tahukah Anda, bahwa Syetan sangat sedih saat melihat Anda bertobat dan menyesali dosa yang Anda lakukan?

Ketahuilah, bahwa saking sukanya mengampuni dosa hamba-Nya, Allah tidak hanya menjanjikan ampunan saja untuk si hamba, tetapi juga berjanji akan mengganti dosa itu dengan kebaikan. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya (yang berarti): "Dan (hamba-hamba Allah yang tulus adalah) orang-orang yang tidak menyeru Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan semua itu niscaya mendapat (pembalasan) dosa-(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan ia akan kekal dalam azab itu, dan dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal shalih, maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. Al-Furqân: 68-70]

Pada suatu hari, Ali ibnu Abî Thâlib menasihati orang yang bertanya kepadanya tentang seseorang yang melakukan dosa. Ia berkata, "Hendaklah ia meminta ampun kepada Allah dan bertobat." Orang itu bertanya lagi, "Jika ia mengulangi dosanya?" Ali menjawab, "Hendaklah ia bertobat." Orang itu bertanya lagi, "Sampai kapan?" Ali menjawab, "Sampai Syetan menjadi pihak yang kecewa."

Inilah pesan Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—kepada kita dan kepada seluruh Umat ini:

·         "Jika engkau melakukan keburukan, maka berbuat baiklah."

·         "Jika engkau melakukan keburukan, maka ikutilah ia dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya."

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Amin.

Walhamdulillâhi rabbil `âlamîn

 

 

www.islamweb.net